Pada 2050, populasi dunia akan mencapai 9 miliar orang. Dengan
perubahan iklim yang mulai menampakkan pengaruhnya saat ini, memberi
makan 9 miliar orang akan menjadi suatu tantangan besar. Namun sebuah
laporan dua organisasi riset pertanian Prancis menyatakan masalah itu
bisa diatasi.
Dalam laporan bersama yang dipublikasikan pada pertengahan Januari
lalu itu, diprediksi bahwa dunia akan mampu memberi makan seluruh
populasi manusia pada 2050. Mereka memaparkan temuan dari 2006 hingga
2008 yang dapat memutarbalikkan sejumlah asumsi tentang kondisi
pertanian global.
Laporan berjudul"Agrimonde"di publikasikan oleh French National
Institute for Agricultural Research (INRA) dan Centre for
International Cooperation in Agronomic Research for Development
(CIRAD) di Paris.
Laporan yang berisi sejumlah temuan mengejutkan dari Afrika dan
wilayah lain itu adalah hasil studi terakhir yang dilakukan lembaga
riset tersebut.
Produktivitas pertanian di Afrika, misalnya, berlipat ganda antara
1961 dan 2003."Temuan ini memutarbalikkan sejumlah asumsi dan
merupakan hasil riset kami yang paling mengagetkan," kata Patrick
Caron, direktur jenderal riset dan strategi CIRAD.
Meski telah berlipat ganda, produktivitas Afrika tetap yang paling
rendah di antara kawasan lain di dunia, berkisar 10 ribu kilokalori
per hektare (kkal/ha) dibanding produktivitas dunia, yang mencapai 20
ribu kkal/ha dan 25 ribu kkal/ha di Asia. Produktivitas di kawasan
lain meningkat dua hingga tiga kali lipat selama periode yang sama.
Produktivitas Asia terhitung tinggi jika dibandingkan dengan kawasan
lain dalam studi itu karena lembaga itu memperhatikan hasil secara
keseluruhan, bukan hasil panen tahunan gandum, padi, dan tanaman
pangan lain. "Di Asia, hasil panen gandum mungkin lebih rendah.Tapi,
jika Anda memasukkan padi dan tanaman pangan lain yang ditanam pada
tahun yang sama, total panenan jauh lebih tinggi,"kata Bruno Dorin,
pakar ekonomi di CIRAD yang terlibat dalam studi itu.
Temuan lain yang menonjol adalah lahan pertanian potensial di berbagai
penjuru dunia, terutama di Afrika dan Amerika Selatan. "Lahan
pertanian yang saat ini 1,5 miliar hektare nantinya dapat dikembangkan
menjadi 4 miliar, tapi tentu saja hal ini akan merambah padang rumput
dan hutan, yang merupakan reservoir keanekaragaman hayati dan
karbon,"kata Dorin.
Hasil studi itu diakui lebih merupakan konfirmasi ketimbang sesuatu
yang mengejutkan bahwa dalam 15 tahun terakhir, hasil panen gandum di
Eropa dan wilayah utama lain seperti India utara mencapai stagnan.
François Houllier, pejabat deputi direktur jenderal INRA untuk urusan
organisasi ilmiah menyatakan hal itu sebagian disebabkan oleh
penurunan input seperti pupuk dan perubahan dalam praktek
pertanian."Contohnya, para petani berhenti melakukan pergantian
tanaman gandum dengan tanaman kacang-kacangan, yang memfiksasi
nitrogen dalam tanah,"katanya.
Studi yang meliputi riset dan studi dua lembaga itu mengumpulkan
sekitar 30 miliar data statistik dari Organisasi Pangan dan Pertanian
Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).
Kesimpulannya, dunia akan mampu memberi makan populasi dunia, yang
saat ini 7 miliar orang, dan akan melonjak menjadi 9 miliar orang pada
2050.
Kesimpulan itu diambil dari dua skenario. Skenario pertama menekankan
pertumbuhan ekonomi, tapi memberikan prioritas rendah pada lingkungan
sedangkan skenario lain mementingkan kebutuhan untuk memberi makan
sekian banyak penduduk dunia, tapi tetap melestarikan ekosistem.
Skenario kedua tersebut didasari oleh asupan pangan 3.000 kkal per
orang tiap hari di seluruh wilayah bumi, termasuk 500 kkal/hari dari
sumber pangan hewani, yang membutuhkan peningkatan 30 persen hasil
produksi peternakan dibanding 80 persen dalam skenario pertama. Itu
berarti akan ada pemangkasan konsumsi pangan besar-besaran di sejumlah
negara dan peningkatan besar di negara lain.
Angka 3.000 kcal/hari adalah rata-rata asupan pangan individu dunia
saat ini, dengan konsumsi berkisar dari 4.000 kkal/hari di negara
industri anggota Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) hingga kurang dari 2.500 kkal/hari di negara-negara Afrika yang
terletak di selatan Gurun Sahara.
Laporan itu memang tak memperhitungkan isu detail, seperti penggunaan
lahan, perubahan iklim, dan biofuel, yang akan diteliti lebih lanjut
dalam studi mendatang serta melibatkan pakar dalam berbagai disiplin
ilmu. Kedua lembaga itu menekankan bahwa laporan ini tidak dapat
dijadikan rekomendasi untuk pengambilan kebijakan. "Itu bukan tugas
kami," kata salah seorang pejabat INRA. Tujuan studi ini adalah
mengidentifikasi masalah pertanian yang harus diantisipasi oleh
komunitas peneliti internasional.
Perubahan kebutuhan pangan, standar kehidupan iklim, dan faktor lain
membutuhkan riset yang lebih mendalam. Kedua lembaga itu telah
mengawali beberapa program menanggapi masalah yang muncul dalam studi
mereka.Termasuk di dalamnya, proyek kelestarian pangan, memperpanjang
usia produksi binatang, regulasi pasar pangan, dan penggunaan
konsorsium internasional untuk mengembangkan strategi produksi baru
untuk padi, gandum, dan serealia lainnya. Salah satu prioritas utama
lainnya adalah pemodelan penggunaan lahan.
TJANDRA DEWI | NATURE | INRA
http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2011/01/20/ArticleHtmls/20_01_2011_013_003.shtml?Mode=1
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar